perkembangan lada putih di bangka
Diposting oleh
BANGKA
, Senin, 25 Januari 2010 at 23.31, in
Tahun 2002, produksi Muntok White Pepper berjumlah 33.000 ton. Jumlah tersebut menurun di tahun 2003 menjadi 27.000 ton, sedangkan di tahun 2004 kembali menurun menjadi 20.000 ton. Penurunan jumlah produksi terus terjadi, dan di tahun 2005 produksi tinggal 16.000 ton. Pada tahun 2006 hingga 2007, jumlah produksi sama yaitu berada di angka 14.000 ton. Malangnya di tahun 2008, angka ini kembali menurun dan berada di angka 13.000 ton.
Kapus Litbang Perkebunan Deptan, Syakir menjelaskan, Deptan siap membantu dan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk kembali meningkatkan jumlah produksi lada putih di Bangka Belitung. Daerah kepulauan ini mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sektor perkebunan lada putih.
Di Indonesia, Provinsi Bangka Belitung merupakan penghasil lada terbesar setelah Provinsi Lampung. Selain itu, lada produksi Bangka Belitung diperhitungkan di tingkat dunia, jelasnya saat acara Workshop Revitalisasi/Intensifikasi Lada Putih (Muntok White Pepper) di Hotel Serrata Pasir Padi Pangkalpinang, Kamis 25 Juni 2009.
Lebih jauh ia mengatakan, komoditi lada tetap menjadi prioritas, namun masih menjadi kendala selama ini yaitu penyakit yang kerap kali menyerang tanaman lada. Penyakit lada tersebut menjadi penghalang bagi petani untuk meningkatkan produksi lada. Dengan digelarnya kegiatan ini diharapkan dapat memberikan solusi terhadap kendala yang dihadapi petani tersebut.
Selain itu menurutnya, terjadi penurunan produksi lada Bangka Belitung juga diakibatkan kegiatan tambang inkonvensional timah. Sebab banyak tanah setelah dilakukan penambangan menjadi tandus. Untuk itu perlu dipikirkan ke depan agar lahan bekas eks tambang tersebut masih dapat dimanfaatkan untuk pengembangan perkebunan lada.
"Harus dipikirkan bagaimana cara memproduktifkan kembali lahan eks tambang tersebut. Diharapkan hal itu dapat direalisasikan dengan adanya MoU antara Deptan dengan Pemerintah Provinsi Bangka Belitung. Namun tentunya harus ada realisasi sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat," ungkapnya.
Sementara Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Bayo Dandari saat membacakan sambutan gubernur ketika membuka workshop mangatakan, revitalisasi ini merupakan upaya untuk membangkitkan kembali Muntok White Pepper. Bangka Belitung mempunyai potensi, namun sementara ini belum tergaraf dengan maksimal.
Asisten menambahkan, produksi lada di Bangka Belitung mampu bersaing dengan lada dari Negara Vietnam. Namun saat ini kondisinya produksi lada menurun dan luas lahan perkebunan lada juga terjadi penurunan. Tahun 2000 luas lahan perkebunan lada mencapai 80.000 hektare, namun angka tersebut menurun di tahun 2007 tinggal 35.000 an hektare.
Sebagaimana diketahui, export lada berasal dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berjumlah 29.448 ton di tahun 2002. Lalu dari tahun ke tahun terjadi penurunan angka export tersebut. Tahun 2003, angka export lada 21.199 ton, sementara tahun 2004 jumlah export lada tinggal 9.805 ton. Kenaikan jumlah export terjadi tahun 2005 yang berhasil menembus angka 11.568 ton, dan tahun 2006 sempat turun ke angka 10.677 ton dan merangkak naik kembali tahun 2007 menjadi 11.000. Satu tahun belakangan, tepatnya 2008 jumlah export turun ke angka 8.500.
Dikatakan Asisten, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya produksi lada putih di antaranya, mutu tanaman dan harga. Harga lada murah, sementara biaya produksi mahal. Keberadaan perkebunan lada saat ini juga bersaing dengan perkebunan sawit dan sektor pertambangan.
"Sementara ini program pengembangan peningkatan produksi lada masih bersifat parsial, jadi belum memberikan hasil yang maksimal. Revitalisasi sangat mendesak, dan dalam hal ini perlu keterlibatan berbagai pihak dan anggaran yang memadai, " jelasnya
sejarah pahlawan depati amir
Diposting oleh
BANGKA
, at 23.26, in
Mungkinkah para penumpang pesawat yang turun di bandara Depati Amir akan mengalami nasib seperti penulis saat turun di bandara Intemasional Hang Nadim? Kita berharap tidak akan mengalami kebingungan, apabila ada keinginan untuk mengetahui lebih jauh setiap nama sang pahlawan atau yang dianggap pahlawan yang diabadikan untuk nama bandar udara. Agar tidak bingung, maka kita berharap setiap sopir yang ada di bandara perlu mengetahui perjuangan Depati Amir.
Tetapi inilah provinsi tanpa pahlawan. Mungkin sebagai masyarakat perasaan kepahlawanan ini muncul setiap kali kita memperingati hari pahlawan yang jatuh pada setiap 10 November. Di tahun 2009 ini pun penantian kepahlawanan di Bangka Belitung mungkin masih dalam tahap diperjuangkan. Semoga saja penantian masyarakat Bangka Belitung terhadap sosok kepahlawanan yang membanggakan daerah dapat terwujud.
Nama Depati Amir telah diabadikan sebagai nama bandara di Pangkalpinang. Sama halnya nama bandara Intemasional Hang Nadim di Batam dan nama bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta. Hampir setiap bandara selalu menggunakan nama pahlawan, apakah kepahlawanan tersebut sudah resmi secara nasional maupun pengakuan kepahlawanannya dari masyarakat lokal.
Sebelum membicarakan kepahlawanan Depati Amir lebih lanjut, penulis ingin membicarakan pengakuan masyarakat Payung terhadap kepahlawanan Krio Panting. Bagi masyarakat di Kecamatan Payung Krio Panting dianggap pahlawan. Berdasarkan staf yang bekerja di Kantor Kecamatan Payung sudah dua tahun terakhir ini setiap selesai upacara memperingati hari kemerdekaan RI pada 17 Agustus selalu diadakan kunjungan dan tabur bunga di makam Krio Panting yang terletak di antara Desa Paku dan Desa Payung. Apabila memperhatikan aktivitas masyarakat dan pemerintah setempat terhadap perlakuan makam tersebut menandakan Krio Panting termasuk orang yang berjasa di desa tersebut.
Bahkan disaat penulis berkunjung ke Payung sempat bertemu dengan ahli waris pedang Krio Panting. Pedang yang hampir satu meter tersebut menandakan bahwa Krio Panting berjuang bersama masyarakat setempat mengusir Belanda di desa Payung. Mungkinkah Krio Panting seangkatan dengan Depati Bahrin, Depati Amir, dan Depati Tikal. Apabila seangkatan maka perjuangan mereka lebih kurang pada abad ke-18.
Setelah penulis memperhatikan pedang Krio Panting tersebut ada kemiripan dengan pedang-pedang yang berada di Museum Badau Kabupaten Belitung. Berdasarkan pengakuan penjaga museum pedang-pedang tersebut kebanyakan berasal dari tanah Jawa pada masa itu.
Makna pahlawan telah dilakoni oleh masyarakat Payung terhadap perjuangan Krio Panting walaupun secara tertulis belum begitu banyak yang menulis peristiwa sejarah Krio Panting tersebut. Jangan-jangan belum ada satu buku pun yang tertulis tentang Krio Panting sehingga kepahlawanannya perlu kembali ditelusuri sehingga dapat diakui secara hukum.
Kembali pembicaraan kita terhadap kepahlawanan Depati Amir. Berdasarkan pengamatan penulis sudah pernah diadakan seminar dan pertemuan dalam rangka menggaskan agar Depati Amir dan pahlawan lokal lainnya diperjuangkan sebagai pahlawan pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Pertanyaannya, apa yang kurang? Apabila ditinjau dari segi ilmiah harus kita akui belum banyak buku-buku yang menuliskan tentang perjuangan kepahlawanan Depati Amir yang diakhir hayatnya diasingkan oleh Belanda di Kupang dan meninggal juga di sana. Kalaupun ada, hanya beberapa buku saja diantaranya karya AA Bakar yang berjudul Bahrin, Amir, Tikal Pahlawan Nasional yang Tak Boleh Dilupakan terbitan Yayasan Pendidikan Rakyat Bangka pada tahun 1969, dan karya Mhd. Arifin Machmud yang berjudul Pulau Bangka dan Budayanya, untuk karya Mhd. Arif Machmud yang terdiri dari tiga jilid ini belum diterbitkan.
Selain itu, terdapat juga buku yang membicarakan tentang kepahlawanan Depati Amir yaitu Muntok, dari Wan Akub Hingga Bung Karno, karya Asyaf Suryadin terbitan CV Mughni Sejahtera Bandung yang diterbitkan pada 2006.
Apabila memiliki keinginan yang serius kita perlu mengejar kembali setiap arsip yang mengungkapkan perjuangan Depati Amir secara tertulis bila memungkinkan hingga ke negeri Belanda atau mana saja yang memiliki tulisan tentang perlawanan rakyat Bangka Belitung terhadap Belanda terutama tulisan-tulisan tentang Depati Amir. Dan kalaupun belum diakui sebagai pahlawan nasional biarlah Depati Amir sebagai pahlawan bagi masyarakat Bangka Belitung.
sejarah kota pangkal pinang
Diposting oleh
BANGKA
, at 23.21, in
Kota Pangkal Pinang adalah salah satu Daerah Pemerintahan Kota di Indonesia yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sekaligus merupakan ibukota Provinsi. Kota ini terletak di bagian timur Pulau Bangka. Kota Pangkalpinang terbagi dalam 5 kecamatan yaitu Taman Sari, Rangkui, Pangkalbalam, Bukit Intan dan Gerunggang. Memiliki wilayah seluas 118,408 km2 dan jumlah penduduk berdasarkan Susenas 2005 sebanyak 146.161 jiwa dengan kepadatan 1.737 jiwa/km2. Saat ini dipimpin oleh Walikota Drs.H.Zulkarnain Karim, MM yang telah menjabat untuk periode kedua (2008-2013) sebelumnya telah menjabat untuk periode pertama 2003-2008. Sungai Rangkui membelah kota yang berjulukan BERARTI (BERsih, Aman, Rapi, Tertib, Indah) ini. Kota ini berpusat di Jalan Merdeka sebagai titik nol kilometer kota.
Populasi Kota Pangkalpinang kebanyakan dibentuk oleh etnis Melayu dan etnis Cina suku Hakka yang datang dari Guangzhou. Ditambah sejumlah suku pendatang seperti Batak, Minangkabau, Palembang, Sunda, Jawa, Madura, Banjar, Bugis, Manado, Flores dan Ambon.
Kota Pangkalpinang merupakan pusat pemerintahan, pusat pemerintahan kota di Kelurahan Bukit Intan, dan pusat pemerintahan provinsi dan instansi vertikal di Kelurahan Air Itam. Kantor pusat PT Timah, Tbk juga berada di sini. Pangkalpinang juga merupakan pusat aktivitas bisnis/perdagangan dan industri di Bangka Belitung.
Daftar isi:
1. Batas Wilayah
2. Sejarah
3. Pariwisata
4. Transportasi
5. Geografi
6. Iklim
7. Pendidikan
8. Rujukan
Sumatera Kepulauan Bangka Belitung | ||
---|---|---|
Motto: Rajin Pangkal Makmur | ||
Hari jadi | 14 November 1956 | |
Dasar hukum | Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1956 | |
Walikota | Drs.H.Zulkarnain Karim, MM | |
Wilayah | 118,408 km2 | |
Kecamatan | 5 | |
Kelurahan | 36 | |
Penduduk -Kepadatan | 146.161 jiwa (Susenas 2005) 1.737 | |
Situs web resmi: http://www.pangkalpinang.go.id |
1. Batas Wilayah
- Sebelah Timur : Laut Natuna
- Sebelah Selatan : Kab.Bangka Tengah
- Sebelah Barat : Kab.Bangka
- Sebelah Utara : Kab.Bangka
2. Sejarah
Kota pangkal pinang berkembang dari status sebagai kota kecil di tahun 1956, kotapraja, kotamadya, hingga menjadi kotamadya daerah tingkat II Pangkal pinang.[1]
2. 1. Kota Kecil
Lahirnya Pangkalpinang dengan status Kota Kecil ialah pada tahun 1956 berdasarkan UU Darurat No 6 Tahun 1956 yang meliputi dua gemeente yaitu gemeente Pangkalpinang dan Gemeentee Gabek dengan luas 31,7 Km2 dan ditetapkan pula Pangkalpinang sebagai Ibukotanya. Sebagai pejabat Walikota yang pertama adalah R. Supardi Suwardjo (alm)., patih d/p Kantor Residen Bangka Balitung. Pada tanggal 20 November 1956 kedudukanya diganti oleh Achmad Basirun (alm) sebagai penjabat walikota dan kemudian diganti oleh Rd. Abdulah (alm) pad tanggal 15 Desember 1956.
2. 2. Kotapraja
Berdasarkan UU no.5 Tahun 1959 staus kota kecil ditingkatkan menjadi kotapraja tanggal 24 juli 1958. Rd Abdulah diganti oleh R. Hundani (alm) yang terpilih sebagai walikota hasil pemilu yang pertama tahun 1955 (walikota ke 44). Kemudian dengan surat keputusan Presiden RI tanggal 1 Oktober 1960 no.558/M ditunjuk M. Saleh Zainuddin sebagai walikota Kepala Daerah Kotapraja Pangkalpinang.
2. 3. Kotamadya
Berdasarkan UU No.18 Tahun 1965 status Kotapraja dirubah menjadi Kotamdya. dengan keputusan Presiden RI tanggal 21 Februari 1967 no UP/10/I/M-220, M Saleh Zainudin diganti oleh Drs Rustam Effendi (alm) sebagai walikota dengan 5 (lima) orang anggota Badan Pemerintahan Harian sebagai pembantu dalam menjalankan pemerintahan.
2. 4. Kotamadya Daerah Tingkat II Pangkalpinang
Dengan berlakunya UU No 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, status Kotamadya menjadi Kotamadya daerah Tingkat II Pangkalpinang yang dilengkapi dengan 20 orang anggota DPRD, sebagai walikotanya Kepala Daerah adalah sebagai berikut:
- Roesli Romli (1973-1978)
- H.M.Arub, SH (1978-1983)
- H.M.Arub,SH (1983-1988)
- Drs.H.Rosman Djohan (1989-1993)
- Drs.H.Sofyan Rebuin (1993-1998)
Pada masa jabatan Bapak H.M. Arub, SH yakni dengan PP No 12 Tahun 1984 wilayah Kotamadya Pangkalpinang dimekarkan dari 31,7 KM2 menjadi 89,4 KM2 dan dengan pemekaran itu meliputi tiga desa dari Kabupaten Bangka yakni Desa Air Itam, Tua Tanu dan Bacang sehingga dari 4 Kecamatan terdapat 55 Kelurahan dan 3 Desa.
2. 5. Kota Pangkalpinang
Pada tanggal 7 Mei 1999 dikeluarkan UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang menerapkan sistem Otonomi Formil dan Otonomi Luas pada Kabupaten / Kota. Daerah Otonom Pangkalpinang menjadi Dareah Otonom Kota Pangkalpinang dengan Badan Legislatif sejumlah 25 orang yang terpisah dari Pemerintahan Daerah. Pemerintahan Daerah dipimpin oleh Walikota dan Wakil Walikota sebagai jabatahn Politis. Sedangkan Sekretaris Daerah adalah pimpinan Aministratif/Birokrasi. Dengan Undang-Undang ini berbagai instansi vertika/departemen/LPND sejak 1 Januari 2001 menjadi perangkat daerah otonom, sedangkan 3 desa yang dikemukakan diatas yakni Air Itam, Tua Tunu, dan Bacang menjadi Kelurahan. Yang menjabat sebagai walikota pada masa Pemerintahan ini adalah : a. Drs. H. Sofyan Rebuin, MM b. Drs. H. Zulkarnain Karim, MM
3. Pariwisata
Pangkalpinang memiliki 23 hotel terdiri dari 5 hotel berbintang dan 18 hotel melati. Jumlah kamar sebanyak 445 buah dan jumlah tempat tidur sebanyak 757 buah. Sedangkan jumlah restoran sebanyak 5 buah. Beberapa obyek wisata yang ada di Pangkalpinang :
- Taman Sari
- Taman Merdeka
- Museum Timah
- Mesjid Jami'
- Gereja Maranatha
- Gereja Katedral Pangkalpinang
- Vihara Citra Maitreya
- Klenteng Konghucu
- Pantai Pasir Padi
- Pantai sampur
- Lapangan Golf Girimaya
- Chinatown
- Makam Belanda (Keerkhof)
4. Transportasi
4. 1. Udara
Bandar Udara Depati Amir melayani penerbangan 10 kali sehari dari/ke Jakarta yang dilayani oleh Sriwijaya Air, Batavia Air, Lion Air, Mandala Air dan Garuda Indonesia. Sedangkan penerbangan dari/ke Palembang sebanyak 1 kali setiap hari yang dilayani oleh Sriwijaya air. Dan penerbangan dari/ke Tanjungpandan sebanyak 2 kali seminggu yang dilayani oleh Riau Airlines.
4. 2. Laut
Pelabuhan Pangkalbalam melayani angkutan barang seperti ekspor/impor dan perdagangan antarpulau, dan angkutan penumpang dengan tujuan Jakarta melalui Kapal Ferry/Roro dan tujuan Tanjungpandan melalui Jet Foil/Kapal Cepat setiap hari. Pelabuhan Muntok melayani kapal cepat dengan tujuan Palembang. Sedangkan pelabuhan Belinyu hanya disinggahi oleh kapal-kapal Pelni. Masih ada lagi Pelabuhan di bagian selatan pulau Bangka, yaitu Sadai, melayani kapal fery dari pelabuhan cigading, Banten.
4. 3. Darat
Pangkalpinang memiliki 4 terminal dalam kota, yang menghubungkan rute kecamatan di seluruh Pulau Bangka. Sedangkan untuk dalam kota dilayani 5 trayek Angkutan Kota dengan waktu operasinya dari pukul 06.00 s.d. 18.00 WIB. informasi jalur angkutan kota Pangkalpinang:
- Angkot berwarna kuning untuk rute dari pasar ke Girimaya.
- Angkot berwarna Merah untuk rute dari pasar ke Pangkalbalam.
- Angkot berwarna biru muda untuk rute dari pasar ke Selindung.
- Angkot berwarna hijau untuk rute dari pasar ke Jalan mentok.
- Angkot berwarna hitam untuk rute dari pasar ke sampur.
5. Geografi
5. 1. Topografi
Kondisi topografi wilayah Kota Pangkapinang pada umumnya bergelombang dan berbukit dengan ketinggian 20-50m dari permukaan laut, dan kemiringan 0-25%. Secara morfologi daerahnya berbentuk cekung dimana bagian pusat kota berada didaerah rendah. Daerah-daerah yang berbukit mengelompok dibagian barat dan selatan kota Pangkalpinang. Beberapa bukit yang utama adalah Bukit Girimaya yang berada di ketinggian 50 m dpl dan Bukit Menara. Sedangkan hutan kota seluas 290 ha berada di Kelurahan Tua Tunu Indah Berdasarkan luas wilayah Kota Pangkalpinang dapat dirinci penggunaan tanahnya; luas lahan kering yang diusahakan untuk pertanian (tanaman bahan makanan, perkebunan rakyat, perikanan dan kehutanan) adalah seluas 1.562 Ha, lahan yang sementara tidak diusahakan seluas 1.163 Ha, dan lahan kering yang dimanfaatkan untuk pemukiman seluas 4.130 Ha. Sedangkan sisanya 2.085 Ha adalah berupa rawa-rawa, hutan negara dan lainnya.
5. 2. Keadaan tanah dan geologi umum
Tanah di daerah Kota Pangkalpinang mempunyai pH rata-rata di bawah 5, dengan jenis tanah podzolik merah kuning, regosol, gleisol dan organosol, yang merupakan pelapukan dari batuan induk. Sedangkan pada sebagian kecil daerah rawa jenis tanahnya asosiasi Alluvial-Hydromorf dan Glayhumus serta regosol kelabu muda yang berasal dari endapan pasir dan tanah liat. Keadaan tanah yang demikian kurang cocok untuk ditanami padi, tetapi masih memungkinkan untuk ditanami palawija. Pada daerah pinggiran, yaitu Desa Tuatunu dan Desa Air Itam cukup potensial menghasilkan lada dan karet. Kondisi geologi umum di daerah ini; formasi yang tertua adalah batu kapur berumur Permo Karbon, menyusul Slate berumur Trias Atas dan terakhir Intrusi Granit berumur setelah Trias Jura. Susunan batuan granit bervariasi dari granit sampai dioditik dengan inklusi mineral berwarna gelap yaitu Biotit, dan ada kalanya Amfibol Hijau.
5. 3. Hidrologi
Di wilayah Kota Pangkalpinang terdapat beberapa sungai, pada umumnya sungai-sungai kecil yang ada diwilayah ini bermuara ke sungai Rangkui. Di samping sungai Rangkui terdapat juga sungai Pedindang di bagian selatan. Kedua sungai ini berfungsi sebagai saluran utama pembuangan air hujan kota yang kemudian mengalir ke sungai Baturusa dan berakhir di Laut Cina Selatan. Sungai-sungai ini selain berfungsi sebagai saluran utama pembuangan air hujan kota, juga befungsi sebagai prasarana transportasi sungai dari pasar ke sungai Baturusa dan terus ke laut. Anak sungai Rangkui merupakan kanal pengairan dari pintu air kolong kacang Pedang ke Sungai Rangkui yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930-an. Sumber air untuk air bersih pada umumnya dari air tanah disamping Kolong Kacang Pedang dan Kolong Kace. Pada dasarnya wilayah kota Pangkalpinang kalau dilihat morfologinya berbentuk cekung dimana bagian pusat kota lebih rendah, sehingga keadaan ini memberikan dampak negatif, yaitu rawan banjir terutama pada musim hujan atau pengaruh pasang surut air laut melalui sungai Rangkui yang membelah Kota Pangkalpinang. Adapun daerah yang tidak pernah tergenang terletak di sebelah Utara, Barat dan Selatan kota. Sedangkan daerah Timur yang berbatasan dengan sungai Rangkui dan Laut Cina Selatan dan bagian tengah kota yang dilalui oleh sungai Rangkui sering tergenang oleh air pasang (rob), daerah yang tergenang tersebut terutama Kecamatan Rangkui, Pangkal Balam dan Taman Sari.
6. Iklim
Iklim daerah Kota Pangkalpinang tergolong tropis basah type A dengan Variasi hujan antara 56,2-337,9 mm perbulan selama tahun 2003, dengan jumlah hari hujan rata-rata 16 hari setaip bulannya. Bulan yang terkering adalah bulan Agustus. Hawa didaerah ini dipengaruhi oleh laut, baik angin maupun kelembabannya. Suhu udara selama tahun 2003, misalnya, bervariasi antaa 23,3 - 32,4 derajat Celcius, sedangkan kelembabannya berkisar antara 76 - 88 persen. Angin bergerak setiap hari dengan arah dari Timur pada siang hari dan dari Barat pada malam hari. Rata-rata kecepatan angin cukup bervariasi setiap bulannya yaitu 3 knot pada bulan Pebruari, dan yang tertinggi terjadi tercatat pada bulan Juli, Agustus dan September, yaitu 5 knot.
7. Pendidikan
7. 1. Pendidikan Dasar dan Menengah
Pembangunan sarana pendidikan di Kota Pangkalpinang cenderung stagnasi setiap tahunnya. Pada tahun 2005 jumlah SD sederajat mencapai 86 buah (68 SD/SDLB Negeri, 12 SD/SDLB swasta dan 6 Madrasah Ibtidaiyah), Jumlah SMTP sederajat 24 buah ( 10 SMP Negeri, 11 SMP Swasta dan 3 MTs) dan jumlah SMTA sebanyak 25 buah ( 12 SMU, 10 SMK, dan 3 Madrasah Aliyah ), serta terdapat juga lembaga pendidikan pra sekolah sebanyak 38 buah ( 31 Taman Kanak-kanak dan 7 Rhoudatul Atfal ). Pada tahun 2004 jumlah murid SD sederajat 17.792 orang, murid SMTP 8.800 orang dan murid SMTA 11.114 orang. Pada tahun 2005 jumlah murid SD sederajat meningkat menjadi 18.192 orang (17.145 murid SD/SDLB dan 1.047 murid Madrasah Ibtidaiyah), sedangkan pada murid SMTP sederajat menurun menjadi 8.617 orang murid (7.824 murid SMP dan 793 murid MTs). Penurunan juga terjadi pada jumlah murid SMTA yaitu dari 11.114 orang menjadi 10.354 murid ( 5.154 murid SMU, 4.439 murid SMK, dan 761 murid Madrasah Aliyah ). Beberapa sekolah percontohan nasional di Pangkalpinang adalah SD Negeri 3, SD Negeri 10, SMP Negeri 2 dan SMA Negeri 1. Untuk anggaran pendidikan ini, Pemkot Pangkalpinang menganggarkan dalam APBD sebesar 21%.
7. 2. Pendidikan Tinggi
Hal lain yang cukup membanggakan dari dunia pendidikan adalah perkembangan Perguruan Tinggi yang terus mengalami peningkatan kuantitasnya. Pada tahun 2000 perguruan tinggi yang ada di Kota Pangkalpinang adalah STIE PERTIBA dan STIH PERTIBA yang telah berdiri pada tahun 1982, AKPER Pemkot Pangkalpinang, Sekretariat Universitas Terbuka (UT) yang telah hadir sejak tahun 1984, Akademi Akuntansi Bhakti berdiri tahun 1999, dan STIE IBEK berdiri tahun 2000. Pada tahun 2001 telah dirintis untuk mendirikan STIKES Abdi Nusa dan AMIK Atma Luhur. Penambahan dalam kurun waktu dua tahun tersebut memberikan arti bahwa masyarakat dalam memperoleh kesempatan pendidikan semakin besar dan hal ini menunjukan bahwa upaya untuk mengimbangi laju pertumbuhan peserta didik dari tahun ke tahun cukup mengembirakan. Pada tahun 2006 berdiri Universitas Bangka Belitung yang merupakan cikal bakal universitas negeri di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Untuk mengakomodir tersedianya tenaga kesehatan handal pada tahun 2007 Pemkot Pangkalpinang memprakarsai pendirian Akademi Kebidanan.
sejarah bangka
Diposting oleh
BANGKA
, Rabu, 20 Januari 2010 at 04.48, in
OLEH Bangtjik Kamaluddin
Legenda mengisahkan, ada sebuah kapal besar dihantam amukan badai, akhirnya kandas. Badan kapal yang kandas ini kemudian menjelma menjadi Pulau Bangka, sedangkan tiang-tiang kapal berubah menjadi gunungnya. Di kisahkan pula ada sebuah kapal penyelamatnya hanyut ke arah Timur kemudian kandas, selanjutnya berubah menjadi Pulau Belitung.
Selama ini tidak sedikit diantara kita yang mengetahui sejarah pertama kalinya ditemukan timah di Pulau Bangka, oleh siapa, dan dijadikan apa timah itu. Begitu juga dengan daerah yang memiliki keindahan alam dan panoramanya yang bagus, juga tidak diketahui siapa yang menemukannya pertama kali. Apalagi tentang nama pulau sebagai daerah penghasil timah nomor satu di nusantara ini yang sekarang bernama Pulau Bangka.
Tentunya para pembaca setuju bukan, kalau ada yang mau bercerita tentang itu, meskipun kurang pas atau mungkin salah menceritakannya penulis berharap penuturan ini dapat dibaca saat senggang, cerita ini dituturkan apa adanya baik yang pernah dibaca maupun yang pernah didengar saja.
Penulis pernah membaca dan mendengar dari berbagai sumber sebagaimana yang tertera dalam Peta Tertua, disitu disebutkan nama Banca untuk Pulau Bangka yang menurut datanya berasal dari peta Portugis pada pertengahan abad ke 17. Mengenai penamaan baru ini juga diikuti pemeta berkebangsaan Inggris, yang bernama Herman Moll dan terkenal dengan A Map of East Indies nya, dicetak untuk keperluan East India Company Tahun 1678 -1732. Sementara pekerjaan yang lebih rinci lagi dilakukan pemeta berkebangsaan Belanda hal ini dilakukannya dalam upaya merinci peta wilayah Indonesia untuk kepentingan VOC oleh seorang bernama Franccois Valentyn yang terkenal dengan Eyland Sumatera diterbitkan di Amsterdam pada tahun 1724.
Mari sejenak kita simak cerita yang berkembang di masyarakat dalam berbagai versi cerita dari beragam legenda untuk menyebutkan asal nama Pulau Bangka, dari sekian banyak versi cerita legenda yang berkembang hingga saat ini belum diketahui secara pasti mana yang benar. Seperti halnya versi nama pulau Bangka yang dihimpun Ir. Sutedjo Suyitno yang dulunya sebagai seorang karyawan dan pejabat pada bagian Eksplorasi dan Geologi (EG) di Perusahaan Tambang Timah Bangka, saat ini beliau lebih dikenal sebagai tokoh penulis sejarah Bangka, disamping itu beliau juga adalah salah seorang yang ikut ambil bagian dalam memperjuangkan berdirinya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Diceritakan dulu pulau ini pada abad ke 16 dinamakan Chinabara, Chinapata atau China Batto sekitar pertengahan abad ke 17 tiba-tiba mendapat nama baru dengan sebutan Banca atau Banka atau Bangka, menurut selentingan yang tercetus sampai saat ini tidak ada yang dapat menduga pergantian nama tersebut.
Konon dicerita pada awal abad 19 ada seorang guru yang mengajar di Inlandsche Scool Mentok bernama H. Idris beliau pernah menulis legenda tentang penamaan Bangka dalam bahasa Melayu kuno dan tulisan itu kemudian diterjemahkan oleh EC.Ade Clercg,dalam bukunya Bijdrage Tot de Geschiedenis Van Het Eiland Banka. Penuturan dari legenda itu hingga sekarang masih hidup di masyarakat pulau ini, yang merupakan sumbangan bagi kepentingan sejarah Bangka.
Memang ada beberapa versi cerita dari legenda ini, meskipun berbeda, pada hakekatnya ada kemiripan antara satu dengan yang lain, menurut versi yang pernah penulis baca, ada legenda versi Panji, versi Mentok, versi Balar dan versi Paku.
Kalau menurut legenda versi Panji begini ceritanya, dari kepercayaan penduduk desa Panji di Belinyu dan orang Sekak menuturkan, ada seorang anak raja Bugis bernama Seri Gading diusir oleh orang tuanya bernama Raja Tumpu Awang, karena berbuat serong. Diisyaratkan padanya baru diperbolehkan kembali bila sudah mendapatkan seorang isteri yang baik. Alkisah menceritakan maka berlayarlah Seri Gading dengan kapal besar yang dilengkapi awak kapal bersenjata lengkap, mereka menuju ke Jawa dan sekitar wilayah Melayu.
Selama menetap di Johor, Seri Gading mendapatkan jodoh dan mempersunting seorang putri keturunan Cina, kemudian ternyata menjadi seorang isteri yang baik. Karena sudah memenuhi persyaratan yang dikehendaki orang tuanya bertolaklah Seri Gading kembali ke negeri asalnya. Malang tak dapat dicegah dalam pelayaran pulang kapalnya dihamuk badai dan terdampar di sebuah pulau yang bergunung tinggi.
Singkat cerita Seri Gading bersama sisa-sisa awak kapalnya menemukan sebuah pondok, dibawah serumpun bambu tak jauh dari halaman pondok itu diketemukan dua sosok mayat atau bangkai laki-laki dan perempuan. Pulau yang asing baginya itu kemudian dinamakannya Bangkai, lama-kelamaan berubah menjadi Bangka.
Ada penuturan lain dari versi ini, bahwa pulau asing tersebut dinamakan Bangka, berasal dari nama jenis kayu yang dipergunakan untuk membuat kapal tersebut, jenis kayu Bangka yang kemudian menjelma menjadi Pulau Bangka.
Sementara itu kalau menurut legenda versi Mentok menceritakan, pada zaman dahulu kala ada sebuah kapal besar dari Negeri Johor yang ditumpangi beberapa penumpang laki-laki dan perempuan. Nakhoda kapal besar itu bernama Ragam atau Ranggam. Kapal itu mengalami amukan badai dan akhirnya kandas. Badan kapal yang kandas ini kemudian menjelma menjadi Pulau Bangka, sedangkan tiang-tiang kapal yang tinggi berubah menjadi gunungnya. Lebih lanjut diceritakan juga ada sebuah perahu penyelamatnya hanyut ke Timur, kemudian kandas berubah dan menjelma menjadi Pulau Belitung. Kalau legenda versi Balar, penduduk desa Balar wilayah Sungaiselan (sekarang ibu kota kecamatan di Kabupaten Bangka Tengah) menuturkan , pulau ini berasal dari sebuah kayu besar dari jenis kayu Bangka yang hanyut dari Bugis.
Sedangkan legenda versi Paku, yang dituturkan penduduk Paku daerah Payung (sekarang ibu kota kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan), nama Bangka berasal dari kata Bangkai yakni bangkai dari seorang berbadan besar mirip raksasa yang terdampar di pulau ini.Legenda dari berbagai versi ini setidaknya dapat dijadikan sebuah cerita yang menarik bagi anak cucu, apalagi diceritakan kepada anak atau cucu menjelang tidur yang tentunya akan berkembang dengan sendirinya bila nanti ditanyakan kenapa dan mengapa bisa begitu dan begini.
Sepanjang yang pernah penulis ketahui dan baca, secara ilmiah dari sekian banyak para pengamat dan penelti cenderung berpendapat nama Bangka berasal dari bahasa Sansekerta, Vanka yang berarti Timah secara keseluruhan baik itu Timah Hitam maupun Timah Putih. Dari sisi lain hal ini juga memperkuat dugaan kalau sebenarnya timah di Pulau Bangka telah diketemukan sejak masa lampau, ketika wilayah ini masih dibawah pengaruh Hindu atau di awal pemerintahan kerajaan Sriwijaya.
Seandainya memang nama Bangka itu berasal dari kata Bangkai, yang menurut ceritanya di pulau gersang ini kerap diketemukan bangkai dari para nelayan ataupun pelaut yang terdampar kemudian mati kelaparan. Atau dimungkin juga kata bangkai itu berasal dari banyaknya bangkai kapal besar yang kandas atau pecah menghantam karang yang banyak tersebar disekitar pulau ini, seperti yang dialami Seri Gading dan awak kapalnya, terserah anda menterjemahkan maknanya.
Beginilah cerita dari legenda yang ada bertutur, setidaknya bagi kita orang Bangka harus tahu dan bisa menceritakannya kepada orang lain, kerabat, sanak keluarga yang belum mengetahuinya, sebagai contoh ada anak bertanya pada bapaknya, pak guru bercerita di sekolah kalau nama Bangka berasal dari kata Bangkai apa benar? Kalau bapak yang bijak dan tahu akan menuturkan begini loh ceritanya, siapa takut..